Indonesia menggelar karpet merah untuk menarik investor ke ibu kota barunya, Nusantara

Indonesia menggelar karpet merah untuk menarik investor ke ibu kota barunya, Nusantara

“Karpet Merah untuk Nusantara”, judul Tempo Alquran. Salah satunya, surat kabar harian itu menampilkan Presiden Indonesia, Joko Widodo, berlengan baju di samping seorang pria yang sarat dengan dolar. Keduanya berdiri di bawah tangga Nusantara, ibu kota baru negara, yang istana kepresidenan masa depannya membentangkan sayap bajanya di kejauhan, di ujung karpet merah, seperti fatamorgana. Di sebelah kiri, dua pohon yang sepi mengingatkan kita bahwa hutan telah ditebang untuk melayani ambisi “kota hijau” Nusantara. Semuanya bersumber dari kitab besar yang bukan merupakan kumpulan cerita dan legenda Kalimantan, melainkan undang-undang yang mengatur pembangunan ibu kota baru.

Peraturan inilah, yang diratifikasi kurang dari setahun yang lalu, yang sedang disiapkan oleh pemerintah Indonesia untuk diubah. Dihubungi oleh Tempo Alquran, Guru besar hukum Herdiansyah Hamzah menduga salah satu alasan utama kajian ini adalah “untuk membuat penjualan proyek ibu kota baru menarik bagi investor” khususnya dengan memberi mereka hak atas tanah selama seratus delapan puluh tahun.

Anggaran untuk pembangunan Nusantara, di Kalimantan Timur (bagian Indonesia dari pulau Kalimantan), diperkirakan mencapai 32,5 miliar dolar (30,5 miliar euro), yang hanya diambil 20% dari anggaran nasional. 80% sisanya masih menunggu investor nasional atau asing, yang membuat mereka menginginkannya. Tapi waktu hampir habis. Joko Widodo mengatakan dia ingin pindah ke istana presiden baru pada 17 Agustus 2024 untuk merayakan 79e peringatan kemerdekaan Indonesia, menjelang berakhirnya masa jabatan keduanya.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia, Hariyadi Sukamdani, menceritakan Tempo Alquran itu, “Selama ini pelaku ekonomi [avaient] masih menjadi pertanyaan besar terkait kelanjutan proyek pemindahan Ibu Kota setelah Pemilu 2024. Apakah peraturan akan diubah lagi di masa depan?”

READ  Bencana. Bentang alam terbengkalai di Indonesia setelah banjir mematikan

Direktur Lembaga Studi Kependudukan dan Kemiskinan, Yusuf Wibisono, bahkan lebih kritis: “Dari awal sudah jelas bahwa proyek ini tidak layak. Keuangan publik defisit sangat besar, kebutuhan pengentasan kemiskinan dan pemulihan pascapandemi sangat tinggi, apalagi di tahun 2023 saat kita menghadapi krisis global.”

[…] Baca lebih lanjut tentang Kurir internasional

Pada subjek yang sama:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *